Pada tahun 1953, berbagai media massa di Indonesia memuat berita tentang keberangkatan dua putri Indonesia ke Mesir untuk melanjutkan studi. Dua putri itu adalah Siti Baroroh Tamimy (belakang hari dikenal sebagai Siti Baroroh Baried) dan Tudjimah. Kepergian dua perempuan tersebut merupakan suatu prestasi yang luar biasa karena pada masa itu, perempuan yang melanjutkan studi hingga strata yang tinggi jumlahnya sangat sedikit, apalagi hingga ke luar negeri.
Profil Siti Baroroh Baried telah banyak dikenal oleh masyarakat, namun profil Tudjimah tidak banyak diulas. Masyarakat banyak yang tidak tahu bahwa Tudjimah mempunyai kiprah di ‘Aisyiyah. Selain menjadi anggota Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah sebagai pengurus Perwakilan Istimewa PP ‘Aisyiyah di Jakarta, ia juga kontributor masalah internasional di Suara ‘Aisyiyah. Tudjimah aktif menulis tentang kiprah perempuan di Mesir selama ia menempuh studi di Mesir. Ia juga aktif menulis untuk Suara ‘Aisyiyah ketika ia melakukan penelitian di Leiden atas biaya pemerintah Belanda.
Tudjimah pernah mendapatkan sorotan sebagai perempuan yang melakukan kesetaraan dengan laki-laki dalam dunia akademik setelah ia dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Indonesia tahun 1965. Berita tersebut di antaranya muncul di Kompas pada 27 November 1965. Perempuan yang lahir di Kotegede Yogyakarta pada 7 Desember 1922 ini berasal dari keluarga pedagang sekaligus akademisi.
*Tulisan utuh selanjutnya dapat dibaca di https://suaraaisyiyah.id/mengenal-tudjimah-intelektual-perempuan-muslim-indonesia/
Discussion about this post